Senin, 25 April 2011

Lihat dari Sisi Baiknya

Sudah hampir 6 bulan lebih aku bersekolah di SMP ini, aku duduk di bangku kelas 7 (1 SMP). Di kelasku ada salah satu siswa yang sedikit dekat denganku, Fitri namanya. Aku berpikiran bahwa Fitri adalah anak yang baik dan ramah, benar saja ia memang baik dan ramah terhadap semua orang. Hingga aku menyadari ia mempunyai kebiasaan yang buruk yaitu, senang meludah di sembarang tempat. Pernah aku melihat ia membuang ludahnya di bawah kolong, hal yang sangat menjijikan yang membuatku sedikit menjauh darinya.

Hal lain yang membuatku menjauh darinya adalah sifatnya yang sombong, keras kepala, dan ingin menang sendiri. Fitri selalu menyombongkan tentang kehidupan keluarganya yang mewah, memang diketahui bahwa Fitri adalah keturunan dari keluarga pengusaha terkaya di kotaku.

Suatu hari saat di kantin sekolah, salah satu ekskul mengadakan acara promosi, yang dimana salah satu panitianya adalah kakak dari Fitri yang memang alumni dari sekolahku juga.

“Hey! Kalian tahu tidak siapa ketua panitia acara ini ?”, tanya Fitri kepada aku dan beberapa teman yang lainnya, yang memang sedang makan di kantin.

“Tidak, memang siapa ? Penjaga sekolah ? Hahahaha….”, canda Vika teman dekatku.

“Enak saja kamu ngomong !!! Panitia acara ini adalah kakakku looh…”, jawab Fitri dengan bangganya.

“Lalu kenapa ?!”, tanyaku dengan sinis.

“Ya tidak apa-apa, sekedar tahu saja bahwa kakakku dulu adalah anggota yang aktif dalam ekskul ini, ia juga pernah menjadi ketua umum ekskul ini, dan ia jugalah yang memenangkan piala untuk ekskul dan sekolah kita”, jelas Fitri.

“Oooh, kalau begitu mengapa kamu tidak mengikuti jejaknya ?”, tanya Dion, teman lelakiku.

“Hmmm… Belum waktunya”, jawab Fitri.

“Mau sampai kapan ? Sampai sekolah kita kebanjiran…!! HAHAHAHA”, canda Dion yang sebenarnya lebih bermaksud ingin menyindir Fitri. Sebenarnya kami semua tidak ada yang senang berteman dengan Fitri, Selain karena sifatnya, juga karena kebiasaannya yang sering meludah di sembarang tempat. Sempat aku berpikir mengapa ia melakukan hal itu, bukankah ia dilahirkan dari keluarga yang kaya, yang pastinya beradab dan memiliki sopan santun yang baik. Tapi mengapa Fitri memiliki kebiasaan seperti itu ?

Kami berteman dengannya karena aku yang dulu mengajaknya untuk bermain bersama, karena dulu aku beranggapan bahwa ia adalah anak yang baik, dan tidak aneh seperti sekarang. Aku tidak pernah tahu bahwa teman-teman di kelas tidak suka dengan Fitri, sedikit rasa penyesalan kenapa dulu aku mau berteman dengannya. Anehnya lagi ia tidak pernah menyadari bahwa kami tidak menyukainya. Sangat sering teman laki-laki di kelasku menyindir Fitri secara disengaja, tetapi ia tidak pernah sadar atau berusaha mengubah kebiasaan dan sifat buruknya itu.

Sampai akhirnya aku dan teman-temanku menjauhi Fitri sampai dengan kelas 9 atau kelas 3 SMP. Karena peraturan sekolahku yang memungkinkan aku harus satu kelas lagi dengan Fitri, Akhirnya aku kembali satu kelas dengannya, dan aku harus berpisah dengan teman-teman lamaku. Tiba-tiba saja Fitri duduk di sebelah bangkuku, karena aku tidak bisa menolak, dan kami pun menjadi teman satu bangku. Suatu hari di kantin sekolah, ketika aku sedang berkumpul dengan teman-teman kelas 8 (2 SMP)…

“Hai ! Kalian tahu tidak ?”, tanyaku dengan nada tinggi.

“Tidaaak!! Ada apa memangnya ? Sepertinya kamu begitu heboh”, tanya Vika kepadaku.

“AKU DUDUK SEBANGKU DENGAN FITRI !!” jawabku dengan nada tinggi lagi, sambil memperhatikan keadaan sekitar, kalau saja ada Fitri di kantin, setelah memastikan keadaan aman aku melanjutkan ceritaku. “Tiba-tiba saja Fitri duduk di sebelahku, aku yang kaget tidak bisa menolaknya, jadi yaa aku sebangku dengannya sekarang”, nada suaraku mulai rendah karena menyesal, kenapa tidak aku tolak dia saat duduk di sebelahku, sehingga aku harus duduk dengannya. Pindah dari bangkuku ?? Tidak mungkin !! Aku merasa tidak enak kalau harus pindah begitu saja, aku takut ia berpikiran yang tidak-tidak tentangku.

Karena guru-guru di kelas 9 ini bukanlah guru-guru yang mengajar kami di kelas 8, maka beberapa guru sering mengadakan sejenis permainan agar kita lebih mengenal satu sama lain. Adalah salah seorang guru yang mengadakan permainan agar kita lebih dekat denga teman sebangku, setelah permainan tersebut selesai, waktunya bel istirahat. Saat istirahat tiba-tiba saja Fitri menarik tanganku.

“Citra tungguuu !!”, panggil Fitri sambil menarik tanganku.

“Hmmm ada apa Fit ?”, tanyaku bingung.

“Bisa kita berbicara ? Sebentar saja yaa, aku traktir bakso di kantin deh, bagaimana ?”, ajak Fitri, mendengar kata ‘traktir’ tanpa pikir panjang aku langsung mengiyakan ajakannya. Hingga saat di kantin kami memesan bakso, dan duduk di salah satu meja kosong dikantin, muka Fitri yang tadinya senang seperti biasanya, berubah menjadi serius.

“Ada apa Fit ? Tumben kamu mau mentraktirku ? Setahuku ini bukan hari ulang tahunmu kan ?”, tanyaku memulai pembicaraan.

“Memang bukan, hmmm begini, hmmm….”

“Ada apa ? Ayo bicara saja tidak perlu ragu!!”, sebenarnya aku sangat penasaran, karena muka Fitri sangat serius.

“Hmmmmm begini, aku mau menanyakan soal…soaal…”

“Soal apa ?! Ayolaaah jangan membuatku penasaran seperti ini !!”, nada suaraku sedikit membentak, aku benar-benar penasaran.

“Aku ingin bertanya, apa sebenarnya kamu, Vika, Dion, dan teman yang lainnya tidak pernah suka denganku ? Tolong jawab dengan jujur ya Ciit !”, aku kaget mendengar pertanyaan dari Fitri, nada suaranya yang sangat rendah bagaikan ingin mengeluarkan air mata.

“Kamu ingin aku jujur Fit ?”, akhirnya aku menceritakan semua perilaku dan dan kebiasaan buruk Fitri yang selama ini teman-teman tidak sukai, aku juga menceritakan bagaimana teman-teman berusaha agar Fitri sadar akan perilaku dan kebiasaannya itu.

“Jadi itu sebabnya kalian menjauh dariku ? Kalau begitu aku minta maaf ya Cit, aku tahu sifat dan kebiasaanku memanglah jelek, aku mau merubah semuanya asalkan kalian mau kembali berteman dengaku, jujur kalian adalah teman yang baik bagiku.”, jawab Fitri dengan nada lirih, bisa aku lihat dari matanya, ia hampir menangis.

Ya Tuhaaaan, apa yang telah aku dan teman-temanku lakukan, Fitri adalah orang yang baik. Selama ini kita hanya memandang Fitri dengan sebelah mata, kita selalu memandangnya dari keburukannya saja, tapi kita tidak pernah memandang Fitri dari sisi kebaikannya. Aku pun membawa Fitri kepada teman-teman yang lainnya untuk menjelaskan semuanya, Fitri pun meminta maaf kepada teman yang lain.

Akhirnya kita semua kembali berteman seperti dulu. Dan aku pun sadar bahwa hendaknya kita melihat seseorang janganlah hanya dari sisi keburukannya saja, melainkan kita harus melihat juga dari sisi kebaikannya. Karena sebenarnya di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna yang hanya memiliki sisi kebaikan saja ataupun sisi keburukan saja. Setiap manusia pasti memiliki sifat baik dan buruk, dan sebagai teman yang baik, kita harus bisa menerima itu semua.

0 komentar: